Tuesday, June 2, 2009

Ayahku Sang Pengembara

Tidak banyak orang tahu tentang ayahku, namun dunia vespa tanah air sudah tidak asing lagi saat mendengar namanya. Kohir, itulah nama beliau, kelahiran 2 Oktober 1944, dengan pendidikan terakhir adalah SMK. Sebelum menikah dengan ibuku, Paimah Mardjan, ayahku memang sudah menyukai travelling. Karena memang pekerjaan beliau adalah supir truk antar propinsi, dari Jawa yang hingga akhirnya terdampar di Kalimantan (Balikpapan).


Selain hobby travelling, ayah juga senang dengan kegiatan pertanian, atau segala hal yang berbau unik dan etnik (hal ini yang menular padaku..^_*..), hal ini yang berimbas pada rumahku...yang serba "back to nature"...


Tapi hobby travelling ayahku masih mengalahkan hobby- hobby yang lain, terlebih setelah ayah mengenal Vespa dan dunianya.. Vespa yang mulanya hanya sebagai alat transportasi rumah tangga, yang mengantarku pergi sekolah, atau ibuku ke pasar, sekarang menjadi hobby yang mengasyikkan dan bahkan Vespa antik sudah seperti "istri" kedua baginya.


Berpindah dari klub vespa satu ke yang lain sudah bukan hal baru di dunia vespa, hingga akhirnya ayah memutuskan untuk menjadi scooterist independent, dengan nama "Belantara Sccoter", berisi gabungan teman-teman scooter dari seluruh Kalimantan, yang memiliki minat yang sama untuk membawa nama Borneo di pulau lain.


Walaupun dengan keriput disana sini, tapi siapa sangka ayahku yang memiliki 4 anak dan 2 orang cucu ini sudah mengelilingi hampir seluruh wilayah Indonesia, hanya pulau paling timur (Irian) yang belum dijamah ayah (disamping biayanya mahal, keluarga yang masih agak resah dengan keamanan di pulau tersebut.. (isu OPM masih santer terdengar))


Baru- baru ini ayah pulang dari perjalanan panjangnya selama kurang lebih setengah tahun, mengendarai vespa, "Tour de Java". Sesaat saat menelpon kerumah ayah mengabarkan kalau sudah sampai di Jogjakarta, sesaat di Jakarta, dan sekejap di Bali. Bahkan ayah kelihatan senang sekali saat menceritakan tentang pengalamannya bertemu mbah Marijan di kaki gunung Merapi.


Ibuku tidak bisa melarang, yah namanya juga orang tua, agak rewel kan kalo kita larang-larang. Selama hobby nya bisa membuatnya senang dan tidak merugikan orang lain, keluarga hanya bisa mendukung.


Walaupun ayahku suka berdandan agak unik, dan sempat disangka dukun di desanya (gubraaak...) tapi tidak seaneh Limbad sih... ayahku masih suka tertawa, dan bersahabat dengan anak-anak kecil (tetangga).


Ayahku bukan seorang ayah yang berkendara dengan mobil mewah, berpendidikan tinggi, dan berpakaian rapi selayaknya pejabat, cukup vespa tua yang antik, pendidikan rendah, tidak bisa berbahasa asing (hanya berbahasa Indonesia dan Jawa), namun aku BANGGA dengan ayahku. Melalui tangannya aku belajar mengenal dunia, dan seni. Rasa Sabar, dan semangat berjuang mengalir dalam tubuh anak-anaknya, izinkan kami untuk membahagiakan Ayah. LOVE U DAD






Berita terkait


Tuesday, January 27, 2009

Ternyata BUkan Manusia Setengah Dewa

Siapa yang tak kenal dengan mba Rina (President ga kenal, tetangga gwe juga ga kenal). Memang belum sampai taraf Selebritis sih, tapi di Balikpapan dari Gubernur, sampe tukang sedot WC, kenal baik dengannya. Disamping karena keluwesannya dalam berkomunikasi, juga karena kelincahannya pada setiap moment. Mobilitasnya cukup tinggi untuk seorang PR Telkomsel, dari satu kota lompat ke kota lain dalam hitungan menit (Superwoman...) , saking supernya terkadang Ia Sarapan di Aceh, makan siang di Bali, dan Makan malam di Manokwari. (ngaraaaang....bebas!)
Tapi siapa sangka, manusia yang kita kira setengah dewa ini bisa sakit juga. Beberapa hari yang lalu, tepatnya 23 Januari 2009 mendadak mba Rina masuk UGD keluhannya karena sakit perut mendadak. Sempet shock juga temen-temen dapat berita ini, maklum malam sebelumnya kita masih sempat makan malam bersama dengan para manajemen KALTIM POST Group yang kebetulan sedang melaksanakan RAPIM di Balikpapan.

Segala jenis pemeriksaan dilakukan pada mba Rina, bukan hanya dokter, petugas Tramtib pun juga ikut-ikutan memeriksa mba Rina alasannya demi keamanan pasien sekitar. Sampai berita ini ditulis, masih belum ketahuan jenis penyakitnya mba Rina. Semua teman-teman Cuma bisa bikin diagnosa yang ngaco dan rekayasa seenaknya. Ada yang bilang karena mba Rina terlalu banyak makan cabe, kurang istirahat, sampai kebanyakan ‘Meggoy’. (nii pasti Chandra yang ngomong..). Tapi keakuratan informasi hanya Dokter dan Tuhan yang tahu. (amiiien..)

Ditemani suami tercinta nampaknya masih belum cukup untuk mengobati sakit yang diderita, jauh dari orangtua, saudara, encing, cang, pembantu, spupu, tukang sedooot WC (*dooh..) Untunglah masih ada kami yang membuat hari mba Rina di RS menjadi lebih suram lagi. (Nicha, mba Anggie, Firman, Hendro, Chandra bonus Suami, dan gwe). Sepanjang malam itu mba Rina tak henti-hentinya kita buat tertawa, kami akui memang ruangan RS itu agak ribut sih, untunglah mba Rina ditempatkan di ruangan VIP jadi tak ada pasien lain yang terganggu, minimal kami tidak diusir lah ama the susters. Senangnya menjaga pasien ini, gak rewel, bisa ke kamar mandi sndiri, gnti baju sndiri, mandi sndiri, kita Cuma nonton-nonton sinetron doank, trus dikasih makan pula. (wakakakka... penjenguk yang menyusahkan..)

Anyway, apapun yang terjadi, kami doain mba Rina cepat sembuh yah.. Biar bisa kita hina-dina lagi..hehehhe (kualat mode on)